Dulu, mendatangi kuburan bagiku seperti suatu yang menyeramkan dan menakutkan. Hati enggan untuk mendatanginya dan tidak ada pelajaran yang membekas sepulang dari situ. Kini, tak hanya sekedar pulang – pergi bak basa basi. Tapi lebih dari itu, berziarah bagiku kini adalah peringatan yang nyata, laksana seorang guru bijaksana yang mengajarkan banyak hal dalam ‘diamnya’.
Berziarah ke kubur bagiku kini bukan hanya sekedar untuk mengingat bahwa “Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, melainkan juga telah melembutkan hati dan menghancurkan keserakahan terhadap dunia.
Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata ini menangis, memupus kelezatan dan menuntaskan angan-angan.
Bayangkanlah saat-saat sakaratul maut mendatangimu.
Ayah yang penuh cinta berdiri di sisimu.
Ibu yang penuh kasih juga hadir.
Demikian pula anak-anakmu yang besar maupun yang kecil.
Semua ada di sekitarmu.
Mereka memandangimu dengan pandangan kasih sayang dan penuh kasihan.
Air mata mereka tak henti mengalir membasahi wajah-wajah mereka.
Hati mereka pun berselimut duka.
Mereka semua berharap dan berangan-angan, andai engkau bisa tetap tinggal bersama mereka.
Namun alangkah jauh dan mustahil ada seorang makhluk yang dapat menambah umurmu atau mengembalikan ruhmu.
Sesungguhnya Dzat yang memberi kehidupan kepadamu,
Dia jugalah yang mencabut kehidupan tersebut.
Milik-Nya lah apa yang Dia ambil dan apa yang Dia berikan.
Dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ajal yang telah ditentukan.
Perpisahan itu terjadi saat kematian menjemput, tanpa ada seorang pun yang dapat menghindar darinya. Karena Ar-Rahman telah berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (An-Nisa`: 78)
Beda halnya ketika aku jauh dari mengingat mati.
Dimana aku yakin adanya surga tapi tidak mau bersegera beramal untuk meraihnya.
Juga yakin adanya neraka tapi takutku hanya di bibir saja.
Aku tahu bahwa suatu saat aku akan mati, tapi tidak mempersiapkan bekal yang banyak. Ibarat ungkapan penyair:
Aku tahu aku kan mati namun aku tak takut
Hatiku keras bak sebongkah batu
Aku mencari dunia seakan-akan hidupku kekal
Seakan lupa kematian mengintai di belakang
Aku tahu aku kan mati namun aku tak takut
Hatiku keras bak sebongkah batu
Aku mencari dunia seakan-akan hidupku kekal
Seakan lupa kematian mengintai di belakang
Banyak manusia yang tidak sadar termasuklah diriku bahwa detak jantung yang berlalu, denyut nadi yang bergetar serta detik-detik yang terlewat sesungguhnya merupakan
langkah-langkah pasti yang akan semakin mendekatkan kita pada titik takdir kematian.
langkah-langkah pasti yang akan semakin mendekatkan kita pada titik takdir kematian.
Karena tidak disadari, maka kematian datangnya tampak selalu mendadak.
Banyak terjadi, manusia yang dicabut nyawanya dalam keadaan sedang bergembira ria. Kemana pun kita berlari, dan dimana pun kita berada, mati akan datang merenggut.
Ini suatu kepastian. Kita hanya menunggu giliran.
Secerdas-cerdasnya manusia ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka itulahorang yang benar-benar cerdas dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat. (HR. Ibnu Majah)
Perbanyaklah mengingat kematian, sebab yang sedemikian itu akan menghapus dosa dan menyebabkan timbulnya kezuhudan di dunia. (HR. Ibnu Abiddunya).
Cukuplah kematian itu sebagai penasehat. (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Cukuplah kematian itu sebagai penasehat. (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar