Perut ini masih perih, berjalan saja masih harus pelan-pelan sekali. Hari ini aku telah melewati (lagi) salah satu fase kehidupan berselimut duka. Iya…aku harus dikuret lagi untuk ke sekian kalinya. Tepatnya yang ke tiga…
Sejak menikah 24 Juli 2005, sampai sekarang aku sudah 4 kali keguguran. Tahun 2005, lima bulan setelah merid, aku keguguran untuk pertama kali. Waktu itu kondisi badan pas lagi drop, pola makan yang tidak teratur, kegiatan yang tidak sesuai dengan kondisiku dan akhirnya akupun terserang demam tinggi. Tetap memaksakan diri masuk kerja yang setiap harinya aku naik vespa dengan kondisi jalan jelek.Akhirnya keluar juga flek-flek itu tapi aku tidak merasakan mules atau kram perut. Ketika ke dokter, dinyatakan janin tak berkembang (Blighted Ovum). Setelah second opinion dari dokter berbeda, akupun dikuret untuk pertama kali (Desember 2005). Masuk rumah sakit pagi hari, diberi obat agar perut mules sampai malam seperti orang akan melahirkan. Dan malamnya baru dikuret. Besok sorenya sudah boleh pulang.
Setelah itu dokter menyuruhku untuk periksa TORCH (Toxo,Rubella, CMV, Herpes) ternyata hasil cek darahku ini positif IgG Rubella dan CMV.
Waktu itu aku tak tau virus apa ini, hanya saja dokter menyuruh untuk terapi obat virus selama 3 bulan. Setelah itu aku dibolehkan untuk kembali hamil. Setelah berobat aku cek darah kembali, tapi hasilnya tak berubah. Tapi dokter membolehkan untuk program hamil kembali.
Aku mulai mencari tau apa benar oleh karena IgG Rubella dan CMV yg positif, membuat kehamilanku selalu berakhir Blighted Ovum alias Janin tak berkembang. Dari info yg kudapat ternyata dunia medis pun masih simpang siur. Kabar baiknya, belum ada dokter/ahli medis yg menolak akan teori bahwa jika IgG positif maka yang terjadi saat itu tidak sedang terjadi infeksi oleh virus. Justru menunjukkan tubuh telah terbentuk zat antibody atau kekebalan terhadap virus tersebut. Namun hanya dihimbau untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh serta mengubah pola makan dan pola hidup ke arah yang lebih sehat dan higienis. Aku bersyukur paling tidak untuk saat itu aku tahu keguguranku waktu itu kemungkinan besar bukan dari virus tersebut. Kemudian aku mendapat info tentang pengobatan herbal A**atr*at Ju*nd* di Bandung. Bulan April'06 aku dan suami pergi ke Bandung untuk menghadiri seminar dan mencoba herbalnya. Secercah harapan, semoga aku bisa hamil kembali dengan sehat. Tiga bulan kucoba. Setelah itu kembali melakukan tes darah. Konon katanya, setelah 3 bulan hasil IgGnya akan negatif. Tapi aku tak terlalu berharap sejauh itu. Paling tidak jika angkanya turun, aku akan meneruskan herbal ini. Sayang, hasilnya ternyata tak berubah seperti sebelum memakai herbal. Hanya memang badanku terasa lebih fit. Pemilik herbal juga mengijinkanku untuk hamil. Akhirnya akupun mencoba untuk hamil kembali sambil terus meminum herbalnya. Sebulan kemudian positif, bahagia tak terkira. Aku berjanji kali ini akan kujaga dengan baik. Akupun memutuskan untuk berhenti dari kerjaku sebagai pengajar. Dokter kembali menyuruhku minum obat anti virus. Yah, kuturuti saja. Tapi kejadian pahit lagi-lagi harus aku terima. Kembali di kehamilan usia 2 bulan aku kembali divonis Blighted Ovum dan harus kembali dikuret pada September tahun 2006.
Aku mulai mencari tau apa benar oleh karena IgG Rubella dan CMV yg positif, membuat kehamilanku selalu berakhir Blighted Ovum alias Janin tak berkembang. Dari info yg kudapat ternyata dunia medis pun masih simpang siur. Kabar baiknya, belum ada dokter/ahli medis yg menolak akan teori bahwa jika IgG positif maka yang terjadi saat itu tidak sedang terjadi infeksi oleh virus. Justru menunjukkan tubuh telah terbentuk zat antibody atau kekebalan terhadap virus tersebut. Namun hanya dihimbau untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh serta mengubah pola makan dan pola hidup ke arah yang lebih sehat dan higienis. Aku bersyukur paling tidak untuk saat itu aku tahu keguguranku waktu itu kemungkinan besar bukan dari virus tersebut. Kemudian aku mendapat info tentang pengobatan herbal A**atr*at Ju*nd* di Bandung. Bulan April'06 aku dan suami pergi ke Bandung untuk menghadiri seminar dan mencoba herbalnya. Secercah harapan, semoga aku bisa hamil kembali dengan sehat. Tiga bulan kucoba. Setelah itu kembali melakukan tes darah. Konon katanya, setelah 3 bulan hasil IgGnya akan negatif. Tapi aku tak terlalu berharap sejauh itu. Paling tidak jika angkanya turun, aku akan meneruskan herbal ini. Sayang, hasilnya ternyata tak berubah seperti sebelum memakai herbal. Hanya memang badanku terasa lebih fit. Pemilik herbal juga mengijinkanku untuk hamil. Akhirnya akupun mencoba untuk hamil kembali sambil terus meminum herbalnya. Sebulan kemudian positif, bahagia tak terkira. Aku berjanji kali ini akan kujaga dengan baik. Akupun memutuskan untuk berhenti dari kerjaku sebagai pengajar. Dokter kembali menyuruhku minum obat anti virus. Yah, kuturuti saja. Tapi kejadian pahit lagi-lagi harus aku terima. Kembali di kehamilan usia 2 bulan aku kembali divonis Blighted Ovum dan harus kembali dikuret pada September tahun 2006.
Setelah kuret, sama seperti sebelumnya dokter menyarankan untuk tidak hamil dulu selama 3x siklus mens. Sembari 3 bulan tidak program hamil, kami pun mencoba melakukan pemeriksaan medis ke Jakarta, tepatnya ke Klinik Y*sm*n Salemba. Kubawa semua hasil tes darah torch. Tapi karena IgG ku yang positif, mereka pun tak fokus ke sana. Kembali menjelaskan apa yang sudah aku tahu, bahwa IgG positif merupakan tanda tubuh telah terbentuk antibodi terhadap virus, jadi bukan penyebab keguguran. Hanya waktu itu dokter sempat mengomentari bentuk rahimku yang katanya bentuknya agak condong ke kiri. Selebihnya mereka menyuruhku untuk melakukan diathermi (sejenis pemanasan yang dilakukan di daerah perut, gunanya untuk menghangatkan rahim dan memperlancar peredaran darah).
Tapi tidak kulakukan. Terus terang kala itu aku belum mendapatkan kepastian tentang apa yang terjadi pada kehamilanku selama ini. Capek, lelah, sedih, rasa kehilangan berulang kali berkumpul jadi satu. Sepanjang perjalanan pulang dari Jakarta, aku teringat dokter kandungan yang pertama juga pernah mengatakan kalau rahimku bentuknya condong ke kiri. Terlintas untuk melakukan urut perut. Sebagian orang tidak menganjurkan untuk urut perut. Apalagi dokter, memang mungkin berbahaya. Tapi entahlah, aku yakin saja untuk melakukannya. Itupun setelah beberapa dokter mengomentari bentuk rahimku.
Merasa mulai fit dan siap untuk hamil lagi, maka 3 bulan sebelumnya untuk jaga-jaga aku kembali mulai terapi obat virus sebelum hamil. Yah, masih saja kulakukan minum obat virus. Padahal sebenarnya obat itu hanya sejenis obat untuk daya tahan tubuh. Belum lagi harganya yang waktu itu masih termasuk mahal untuk kami. Setelah 3 bulan aku coba cek darah kembali, yahhhh... hasilnya masih tak berubah. Tak terasa hampir 2,5 tahun sudah, aku terapi dan cek darah terus dengan hasil yang tidak berpengaruh besar bagiku. Ada rasa lelah psikis maupun materi. Kukumpulkan semua hasil cek darah, sudah ada 8x nya. Sampai kapan aku harus bolakbalik terapi virus ini, sementara di sisi lain hampir semua dokter yang kukunjungi seperti sebelumnya sudah membolehkan aku untuk kembali program hamil. Waktu itu, kebetulan dapat info dari sepupuku, akhirnya aku bertemu tukang urut khusus perut/rahim. Orangnya disebut paraji. Dia juga bidan, jadi aku percaya saja padanya. Bulan Juli 2007 aku pun urut perut. Alhamdulillah, di pertengahan Agustus 2007 aku kembali hamil. Dan untuk kesekian kalinya, dokter menyuruhku kembali cek darah dan kembali diberi obat virus.
Tapi ternyata, ujian masih harus kuhadapi. Seminggu menjelang lebaran, lagi-lagi di usia 2 bulan ketika USG, dokter mengatakan jantung janinku tak berdetak dan menyarankan untuk dikuret. Huffh... shock sekali, rasanya sangat tidak siap menghadapi rasa sakit ini berulang-ulang. Membayangkan kembali sakit badan (perut dibikin mules berjam-jam, suntikan infus, bius, obat-obatan, perih di rahim) dan belum lagi mengatasi rasa sedih (kehilangan calon bayi) terasa begitu berat bagiku untuk dihadapi. Hidupku lagi-lagi terasa gelap. Mau ngapa-ngapain males, waktu itu aku hanya bisa menangis dan menangis. Aku tidak nafsu makan, kuturuti tidak makan, toh aku telah kehilangan lagi, pikirku saat itu. Mestinya sesuai kata dokter, aku harus kuret dalam 1-2 hari itu. Tapi karena aku bener-bener 'down', aku waktu itu sangat belum siap untuk cepat-cepat dikuret. Rasanya beeeerrrrraaaaaaat sekali. Karena waktu itu puasa dan sebentar lagi lebaran, maka akhirnya aku berencana kuret sehabis lebaran saja dan pindah ke dokter lain. Tapi tak kusangka, dokter menyatakan bayiku di rahim berkembang dan hidup. Tak terkira bahagianya. Hidupku kembali bersemangat. Akhirnya kuteruskan kehamilan ini.
Tapi ternyata, ujian masih harus kuhadapi. Seminggu menjelang lebaran, lagi-lagi di usia 2 bulan ketika USG, dokter mengatakan jantung janinku tak berdetak dan menyarankan untuk dikuret. Huffh... shock sekali, rasanya sangat tidak siap menghadapi rasa sakit ini berulang-ulang. Membayangkan kembali sakit badan (perut dibikin mules berjam-jam, suntikan infus, bius, obat-obatan, perih di rahim) dan belum lagi mengatasi rasa sedih (kehilangan calon bayi) terasa begitu berat bagiku untuk dihadapi. Hidupku lagi-lagi terasa gelap. Mau ngapa-ngapain males, waktu itu aku hanya bisa menangis dan menangis. Aku tidak nafsu makan, kuturuti tidak makan, toh aku telah kehilangan lagi, pikirku saat itu. Mestinya sesuai kata dokter, aku harus kuret dalam 1-2 hari itu. Tapi karena aku bener-bener 'down', aku waktu itu sangat belum siap untuk cepat-cepat dikuret. Rasanya beeeerrrrraaaaaaat sekali. Karena waktu itu puasa dan sebentar lagi lebaran, maka akhirnya aku berencana kuret sehabis lebaran saja dan pindah ke dokter lain. Tapi tak kusangka, dokter menyatakan bayiku di rahim berkembang dan hidup. Tak terkira bahagianya. Hidupku kembali bersemangat. Akhirnya kuteruskan kehamilan ini.
Namun cobaan ternyata belum mau berhenti menerpaku. Saat kelahiran putri pertama kami, bayiku tak menangis dan kedua telapak kakinya bengkok. Selain itu juga mengalami kelainan jantung bocor. Setelah berobat ke sana sini, alhamdulillah memasuki usia 20 bulan ia mulai tumbuh sehat. Ketika berusia 3 bulan kakinya diterapi di kota Solo. Digip sampai paha selama 8 bulan sehingga pada tahun pertama anakku belum bisa belajar berjalan.
Singkat cerita, memasuki usia 22 bulan, tepatnya tanggal 8 Maret 2010, Allah pun mengambilnya. Innalillahiwainna ilaihi roji'un. Semoga anakku diberikan tempat yg indah di surga Allah….
Tahun 2009 kemarin aku secara tak sengaja hamil, namun keguguran untuk ketiga kalinya namun tak sempat dikuret karena keguguran abortus/spontan, jadi hanya menggunakan obat luar untuk membersihkan rahim saja.
Tahun ini, sepeninggal anakku. Aku bertekad untuk kembali hamil. Dengan mempersiapkan segala sesuatunya. Tiga bulan sebelum hamil aku makin menjaga pola hidup dan makan yg sehat dan higieneis. Menghindari semua makan mentah. setengah matang dan memakan masakan sendiri tanpa bahan pengawet dan perasa. Minum susu khusus untuk merencanakan kehamilan sampai vitamin E dan asam folat kuminum secara rutin. Di samping makan makanan yg bergizi.Aku juga kembali meminum herbal aqu*tre*t Jua*d* selama 6 bulan. Saat program hamil ke lima ini, ku merasa sehat dan siap sekali untuk hamil kembali.
Namun tak seindah harapan…Dengan dokter kandungan yang baru lagi, aku masih diterapi obat virus dan cek torch lengkap. Namun, aku harus kembali dikuret untuk ketiga kalinya dengan usia kehamilan 3,5 bulan diawali dengan flek tanpa mules dan diakhri dengan pendarahan.
Sedih sekali hati ini...
Lelah sudah tak terukur rasanya. Sabar pun benar-benar kurasa tak pernah akan bertepi….
Ingin hati ini menyerah kalah. Namun selalu saja nuraniku berbisik, bahwa aku tak boleh berhenti sampai di sini, karena semua ini perjuangan yang pasti ada akhirnya dan kegagalan ini justru sedang mengantarkan kita untuk melangkah lebih maju ke depannya.
Mudah-mudahan hari ini dan seterusnya aku makin kuat dan terus menggali hikmah dari setiap kejadian. Allah menguji hambaNya sesuai kemampuan. Maka pasti aku kan mampu melewati ujian yang Allah berikan…
Doa masih tak putus kupanjatkan..agar jika baik untukku…ingin diberikan kembali kepercayaan mendapatkan keturunan yang sehat wal’afiat, tanpa kekurangan suatu apapun. Bisa membesarkan dan menjadikannya anak yang sholeh/sholeha dan bermanfaat bagi agama, Negara dan masyarakat banyak. Aaamiiin ya robbal ‘alamiin…
Mohon doa juga dari semua teman terkasih, kerabat, handai tolan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar