Tapi ketika dokternya datang, perawatnya langsung memanggil saya dan nyuruh untuk cek CTG (jantung bayi). Lho, kok sekarang..?? Hmm.. ternyata dokter melihat dari patokan USG yang melihat perkiraan lahir dd di minggu-minggu ini, karena sudah masuk 40-41 w. Padahal dari HPHT, masih lama sekitar 2-3 minggu lagi..
Hmmm... aku nurut aja dulu... Masuk ke ruangan CTG, ditanya udah berasa mules apa belum. Jujur aja kujawab, sudah tapi hanya sekali-sekali dan gak intens. Kupikir mules ini hanya semacam kontraksi palsu.
Sambil menunggu CTG, perawatnya bertanya padaku, nanti kalo hari ini harus melahirkan, ibu mo pulang dulu atau gak?
Walah makin bingung ...
Kelar CTG, tinggal nunggu cek ke dokter. Hatiku makin gak menentu. Apakah sebentar lagi pertemuanku dengan buah hati?? OMG, tentu saja aku senang, tapi yang bikin galau, bagaimana tindakannya? Apalagi sampai saat ini aku belum merasakan mules yang beraturan seperti orang yang mau melahirkan.
Makin risaulah ketika akhirnya dokter memeriksa bayiku, yang beratnya sudah mencapai 4,1 kg.
Minggu-minggu ini diusahakan lahiran, karena jika harus menunggu 2-3 minggu lagi, bisa-bisa berat si dd lebih dari berat sekarang yang artinya susah untuk melahirkan secara normal. Sementara ini adalah kehamilanku yang kesekian kali dan dokter gak mau ambil resiko. Maka disarankan malam ini aku diberikan induksi buatan, agar lahiran normal meski agak riskan katanya. Tapi akan diusahakan.
Hm... makin deg2an aku... Segera memberi kabar suami mesti bagaimana. Suami setuju untuk rawat inap sore ini. Beliau pun segera ijin pulang dari kantornya..
Aku di rumah, masih setia duduk di gymball.. bola karet yang bisa mempercepat turunnya bayi...
Kami pun mempersiapkan segala persiapan lahiran. Karena kesorean, kami memutuskan untuk ke rumah sakit habis isya. Ketika mau berangkat ke rumah sakit, tiba-tiba keluargaku menelpon, memberi saran untuk tidak melakukan induksi buatan itu. Mereka menyarankan untuk langsung operasi saja.
Jadilah bimbang makin membesar. Aku juga akhirnya berpikiran sama... Faktor usia, berat bayi, dan faktor x lainnya membuat aku memutuskan untuk menundanya dulu, daripada ragu-ragu, mending tunda dulu deh, sambil mencari keputusan yang pas di hati. Malam itu kami tidak jadi ke rumah sakit, pulang kemudian menelepon Dokter untuk minta pendapat sekali lagi...
Akhirnya diputuskanlah, melahirkan dengan operasi sesar. Orang tuaku yang ada di Palembang juga jadinya tidak buru-buru untuk datang, bisa memilih waktu dan harga tiket pesawat. Suami juga cutinya bisa lebih efektif. Beres, tinggal aku yang masih galau karena tidak tau rasanya operasi itu seperti apa. Aku sudah merasakan kuret dan melahirkan secara normal. Kalau sesar belum tau rasanya. Tapi denger-denger sih, katanya enak pas operasinya karena gak terasa, tapi sudahnya sakit dan pemulihannya lama.
Akhirnya Senin pagi pukul 08.12, tanggal 18 Juni 2012, kami pilih sebagai hari kelahiran putera tercinta kami. Tak terkira kebahagiaan yang aku rasakan saat suara bayi terdengar keras sesaat diangkat dokter dari rahimku. Tapi aku tidak mendapatkan IMD, sayang sekali. Saat aku masih di meja operasi, bayiku dibawa padaku dalam keadaan sudah bersih. Perawat mendekatkan pipi anakku untuk kuciumi.. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar...
Inilah saat bayiku lahir pertama kali dengan berat 4,3 kg dan panjang 52cm.
Ya Allah ya Rob, semoga Kau jadikan keturunan kami ini sebagai keturunan yang sholeh, penyejuk hati kami, bermanfaat bagi sesama dan pemimpin bagi orang-orang bertaqwa...
Aamiin ya robbal'alamiiin...